Sekelompok peneliti yang dipimpin Melba Ketchum dari DNA Diagnostics di Nacogdoches, New Mexico, Amerika Serikat, mengklaim berhasil mengurutkan genom dari bigfoot (Sasquatch). Hasil penelitian ini mereka telurkan dalam jurnal DeNovo --jurnal yang dibeli dan dinamai sendiri oleh Ketchum karena peneliti konvensional pada umumnya menolak hasil studi ini, Selasa (19/2).
Dalam studi kelompok Ketchum dipaparkan bahwa sesungguhnya bigfoot adalah makhluk hibrida. Ia tercipta berkat persilangan antara Homo sapiens perempuan dan pria dari spesies hominin yang belum terindentifikasi.
Kesimpulan ini mereka raih setelah mempelajari 111 sampel DNA yang diyakini berasal dari bigfoot. Berupa rambut, bulu, daging, dan darah. Tim ini kemudian mengurutkan 20 genom mitokondria lengkap, 10 genom mitokondria yang hanya sebagian, dan tiga genom nuklir lengkap.
Meski demikian, hasil penelitian ini menerima banyak kritik. Terutama mengenai DNA yang diyakini sudah terkontaminasi gen manusia modern. Selain itu, tim pimpinan Ketchum juga berspekulasi persilangan bigfoot terjadi karena ada manusia yang berpindah ke Greenland dengan cara berjalan. Padahal bukti mengenai hal ini tidak pernah ada.
Bigfoot merupakan mahkluk yang kerap digambarkan tinggi besar dengan bulu mirip monyet. Namun, kehadirannya masih dipertanyakan dan hanya dikaitkan dengan mitos-mitos lokal. Beberapa klaim yang menyebut sempat bertemu bigfoot ternyata merupakan tipuan.
Seperti yang terjadi pada tahun 2008 ketika dua pria mengaku menemukan mayat dari bigfoot setinggi dua meter di hutan selatan Georgia, AS. Setelah ditelusuri, ternyata laporan tersebut palsu. "Mayat" bigfoot yang didokumentasikan kedua pria itu merupakan kostum bulu. Hasil DNA yang diserahkan pun merupakan campuran dari manusia dan opossum.
(Zika Zakiya. Sumber: Phys.org, National Geographic News)
No comments: