Mencairnya es di laut Kutub Utara telah menyebabkan jalur yang mengelilingi daerah Barat Laut dan Timur laut terbuka bersamaan, ini adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia dapat berlayar mengelilingi Kutub Utara.
Foto satelit daerah Kutub Utara yang diumumkan baru-baru ini menunjukkan, es di kutub utara telah mencair dan menyebabkan jalur Barat Laut dan Timur Laut di kutub utara terbuka secara bersamaan minggu lalu, ini adalah pertama kalinya ma-nusia dapat berlayar mengelilingi kutub utara dengan tanpa hambatan sama sekali, namun hal ini juga menunjukkan bahwa proses pemanasan global menjadi lebih cepat daripada perkiraan.
Harian Independent Inggris dalam artikelanya pada 31 Agustus lalu memberitakan, ilmuwan dari Universitas Bremen Jerman telah mengumumkan sejumlah foto yang telah diambil dari satelit milik NASA yang menunjukkan bahwa jalur Barat Laut pada akhir pekan minggu lalu telah terbuka, sementara bongkahan es terakhir yang menutupi jalur yang menembus Laut Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga telah mencair beberapa hari setelahnya.
Ini adalah pertama kali-nya kedua jalur pintas tersebut terbuka setelah 125.000 tahun lamanya, juga merupakan salah satu fenomena pemanasan global paling mencengangkan yang muncul di kutub utara selama 1 bulan terakhir ini. Seorang professor tentang pakar lautan es dari Pusat Informasi Es dan Salju Amerika (NSIDC), mengatakan, ini merupakan suatu “Kejadian besar bersejarah”, dan semakin lanjut membuktikan bahwa gunung es di kutub utara kemungkinan telah memasuki “pusaran maut” yang tidak dapat diselamatkan lagi.
Minggu lalu NSIDC pernah mengeluarkan peringatan bahwa dalam beberapa minggu ke depan jumlah gunung es di kutub utara kemungkinan akan menyusut bahkan lebih sedikit dari rekor terendah tahun lalu. Ilmuwan asal Amerika, Moslowski, dalam laporan yang dipublikasikan tahun ini meramalkan, dalam tempo 5 tahun musim panas di kutub utara bakal tidak ada es sama sekali, selain itu kecepatan mencairnya es kemungkinan juga akan bertambah cepat. Hal yang memicu adanya argumen-argumen seperti ini adalah karena jumlah lapisan es yang mencair di kutub utara telah mencapai skala yang seharusnya baru akan terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Keuntungan transportasi laut, jarak tempuh pelayaran berkurang ribuan mil
Jalur Barat Laut kutub utara ini melewati Canada, dan jalur Timur Laut melewati Rusia mengelilingi kutub utara. Tahun 2005 jalur Timur Laut pernah sekali terbuka, waktu itu jalur Barat Laut masih tetap tertutup, tahun lalu keadaannya terbalik, dan sekarang kedua jalur itu terbuka bersamaan. Pihak yang paling mendambakan terjadinya hal ini seharusnya adalah perusahaan pelayaran, sebab dengan terbukanya kedua jalur ini akan dapat memperpendek jarak tempuh pelayaran sebanyak ribuan mil. Terbukanya jalur pelayaran Timur Laut ini telah memperpendek jarak pelayaran antara Jerman dan Jepang sebanyak 4.000 mil, dan sudah ada perusahaan pelayaran yang bersiap-siap untuk membuka jalur pelayaran Timur Laut tahun depan. (Guan Shuping/lie/erabaru - http://www.indonesiaindonesia.com/f/36410-es-kutub-utara-mencair/ )
Kutub Selatan Mencair, Bongkahan Es Raksasa Terdampar di Australia
Kurang lebih Seminggu yang lalu Australia dikejutkan dengan terdamparnya gunung es berdiameter raksasa di wilayah perairan Australia. Bongkahan es raksasa tersebut diperkirakan berasal dari kutub selatan. Bagaimana bisa??
Kita mengetahui “Global Warming” memang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan dan bumi kita terlebih dalam 10 tahun terakhir. Tapi siapa yang menyangka kalau dampak besarnya sudah bisa terlihat sangat jelas sekarang. Memang dalam beberapa tahun terakhir sangat banyak dampak-dampak luar biasa dari Global Warming, seperti meningkatnya suhu global secara drastis, cuaca dan iklim yang semakin kacau dan sulit untuk diprediksi, El-nino yang semakin sulit untuk diatasi, meningkatnya permukaan laut, dll.
Namun dampak terbesar yang baru saja terjadi akhir-akhir ini adalah terdamparnya gunung es di perairan Australia. Berikut keterangan yang saya kutip dari kompas.com
23 November 2009
Bongkahan es raksasa yang jumlahnya ratusan bergerak dari Antartika menuju pulau-pulau di Selandia Baru. Bongkahan es yang besarnya seperti stadion itu dikhawatirkan Pemerintah Selandia Baru mengancam pelayaran. Hasil pemotretan satelit menunjukkan, bongkahan besar es baru saja melewati kawasan pulau Auckland dan menuju pulau utama South Island, sekitar 450 kilometer arah timur laut.
“Peringatan berlaku bagi semua kapal di kawasan itu agar waspada terhadap keberadaan bongkahan es,” kata juru bicara kelautan Selandia Baru, Ross Henderson, seperti dilaporkan AFP. Keberadaan bongkahan es dalam kelompok besar itu disampaikan ahli gletser dari Divisi Antartika Australia.
Mereka terus memantau pergerakan bongkahan-bongkahan es tersebut. Menurut mereka, bongkahan es itu merupakan bagian dari bongkahan raksasa yang Oktober lalu terlihat di sekitar Pulau Macquarie, Australia.
Saat itu, dua bongkahan besar—yang pertama selebar dua kilometer dan kedua sebesar stadion olimpiade Beijing terpantau di sana. Sementara itu, yang terpantau menuju Selandia Baru hari Senin lalu sudah terpecah-pecah dalam berbagai ukuran.
Beberapa di antaranya memiliki lebar 200 meter. “Semua berasal dari satu bongkahan besar, yang mungkin luasnya 30-an kilometer persegi di Antartika sana,” kata salah satu ahli gletser, Neal Young. Meningkatnya suhu global dan muka laut karena pemanasan global dituding sebagai penyebabnya.
Setelah tiga tahun Menurut Neal Young, bongkahan es dalam jumlah besar terakhir terlihat mengapung di dekat Selandia Baru pada tahun 2006 lalu. Saat itu, hanya berjarak 25 kilometer dari garis pantai—kejadian pertama setelah tahun 1931.Ia yakin akan semakin sering melihat kejadian serupa bila suhu global terus meningkat.
Sejumlah ahli tidak yakin akan hal ini. Berkurangnya luasan es Antartika di Kutub Selatan telah teridentifikasi beberapa tahun terakhir. Namun, berkurangnya lapisan es di kawasan Antartika timur dalam jumlah besar, selama tiga tahun terakhir, dinilai para ahli sebagai “kejutan”. Tidak seperti lapisan es di Antartika barat, yang selama ini dikenal rentan dan tidak stabil, lapisan es di Antartika timur dikenal sangat stabil.
Menurut kutipan diatas kutub selatan mulai mencair dan bongkahan2 esnya memasuki kawasan Australia. Yang membuat saya terkejut adalah Belum lama ini sebuah foto satelit menangkap sebuah bongkahan dari pecahan gunung es di Antartika (Kutub Selatan) telah hanyut hingga menuju perairan Australia sekitar Macquarie Island di ikuti 100 potongan es kecil menuju arah Selandia Baru.
Diperkirakan bongkahan es yang ditandai lingkaran merah pada gambar diatas adalah bongkahan es yang terdampar di perairan Australia baru-baru ini. Besarnya bongkahan gunung es yang larut terbawa arus tersebut setara dengan 2 kali luas Hongkong. Ukurannya inilah yang membuat saya terkejut, bayangkan 2x ukuran hongkong?!.
Seorang Ahli Gunung Es Glaciologist Neal Young dikutip AFP mengatakan hal ini pernah terjadi dahulu kala, namun saat ini siklus ini terjadi kembali. Hongkong Memiliki Luas 49 km persegi, sedangkan bongkahan gunung es tersebut memiliki panjang hingga 19, 2 (hampir 20 km) dengan lebar 5 km.
Untuk lebih jelasnya lagi berikut saya berikan beberapa gambar yang bisa saya peroleh.
Gambar diatas adalah gambar bongkahan es raksasa yang baru2 ini terdampar di perairan Australia
Gambar diatas adalah bongkahan es tersebut yang diambil dari satelit
Nah, ini dia yang membuat kita warga Indonesia patut merasa cemas. Jika dilihat dari jalurnya seperti gambar diatas, bukan tidak mungkin jika suatu saat bongkahan2 es tersebut memasuki perairan Indonesia dan menyebabkan dampak yang negatif.
Seorang Ahli Gunung Es Glaciologist Neal Young dikutip AFP mengatakan hal ini pernah terjadi dahulu kala, namun saat ini siklus ini terjadi kembali. Hongkong Memiliki Luas 49 km persegi, sedangkan bongkahan gunung es tersebut memiliki panjang hingga 19, 2 (hampir 20 km) dengan lebar 5 km.
Untuk lebih jelasnya lagi berikut saya berikan beberapa gambar yang bisa saya peroleh.
Gambar diatas adalah gambar bongkahan es raksasa yang baru2 ini terdampar di perairan Australia
Gambar diatas adalah bongkahan es tersebut yang diambil dari satelit
Nah, ini dia yang membuat kita warga Indonesia patut merasa cemas. Jika dilihat dari jalurnya seperti gambar diatas, bukan tidak mungkin jika suatu saat bongkahan2 es tersebut memasuki perairan Indonesia dan menyebabkan dampak yang negatif.
Semakin banyak es mencair
Semakin banyak es di Kutub Utara dan Selatan yang mencair
Walau terpencil dan tidak bersahabat, wilayah kutub sejak lama menarik perhatian para ilmuwan.
Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi, ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.
Tetapi bersamaan dengan besarnya keinginan para ilmuwan untuk mempelajari daerah ini, makin meningkat pula kekuatiran bahwa es di kedua kutub bumi mencair dengan tingkat yang sangat cepat.
Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.
Seperti diketahui, di Kutub Utara dan Selatan terdapat dua jenis, yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun.
Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.
Dr. Son Nghiem adalah ilmuwan di badan antariksa NASA, yang menggunakan pantauan citra satelit untuk menentukan seberapa banyak es abadi yang cair.
“Yang kami amati adalah penurunan drastis es abadi dan luas penurunan bisa dikatakan sangat luas. Pada tahun 2005 terjadi pengurangan hingga 14 persen atau wilayah seluas Texas maupun Turki,” tuturnya.
Mengancam kehidupan
Para ilmuwan mengatakan peningkatan suhu yang disebabkan oleh peningkatan C02, karbon dioksida, di atmosfir bumi yang menjadi penyebabnya.
Bagaimanapun ada juga faktor-faktor alam, seperti kencangnya angin yang membawa es Laut Artik ke lautan yang temperaturnya lebih hangat.
Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan binatang laut di Kutub Utara.
Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri habitatnya dimusnahkan.
Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga pemerintah Amerika Serikat akhirnya mau juga mengakui bahwa pemanasan global yang menjadi penyebab semakin banyaknya es yang mencair di kutub.
Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.
Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun.
Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman al bagi kehidupan mereka.
“Musim dingin menjadi lebih pendek, kurang menggigit, dan salju cair lebih awal, sementara lapisan es lebih tipis. Semua ini menyulitkan perburuan ikan paus, yang menjadi cara hidup kami selama seribu tahun lebih.”
Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.
Kepentingan ekonomi
Namun di sisi lain banyak yang melihat melelehnya es di kawasan kutub sebagai kesempatan bagus untuk melakukan eksplorasi minyak.
Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan ada di dasar Laut Artik.
Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.
Selain itu melelehnya gunng-gunung es juga dianggap membuka jalur perkapalan baru, yang diyakini akan memperbaiki perekonomian kawasan.
Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.
“Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang. Kalau itu terjadi maka akan menghemat uang dan waktu,” katanya.
Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus memutar lewat Terusan Suez.
“Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak kalah besarnya dari pemanasan global ini.”
40 tahun lagi?
Memang persoalan Artik pada akhirnya bukan persoalan keilmuan saja, melainkan juga persoalan kepentingan ekonomi dan teritorial dari beberapa negara seperti Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Norwegia.
Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.
Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.
Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global. emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.
Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.
Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi? (Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/02/070216_globalwarming1.shtml)
“Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang” – Dr. David Vaughan
Bagaimanapun ada juga faktor-faktor alam, seperti kencangnya angin yang membawa es Laut Artik ke lautan yang temperaturnya lebih hangat.
Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan binatang laut di Kutub Utara.
Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri habitatnya dimusnahkan.
Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga pemerintah Amerika Serikat akhirnya mau juga mengakui bahwa pemanasan global yang menjadi penyebab semakin banyaknya es yang mencair di kutub.
Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.
Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun.
Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman al bagi kehidupan mereka.
“Musim dingin menjadi lebih pendek, kurang menggigit, dan salju cair lebih awal, sementara lapisan es lebih tipis. Semua ini menyulitkan perburuan ikan paus, yang menjadi cara hidup kami selama seribu tahun lebih.”
Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.
Kepentingan ekonomi
Ada juga yang melihatnya sebagai kesempatan
Salah satu yang dituding mendorong pemanasan global adalah ketergantungan umat manusia terhadap minyak.
Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan ada di dasar Laut Artik.
Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.
Selain itu melelehnya gunng-gunung es juga dianggap membuka jalur perkapalan baru, yang diyakini akan memperbaiki perekonomian kawasan.
Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.
“Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang. Kalau itu terjadi maka akan menghemat uang dan waktu,” katanya.
Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus memutar lewat Terusan Suez.
“Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak kalah besarnya dari pemanasan global ini.”
40 tahun lagi?
Memang persoalan Artik pada akhirnya bukan persoalan keilmuan saja, melainkan juga persoalan kepentingan ekonomi dan teritorial dari beberapa negara seperti Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Norwegia.
Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.
Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.
Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global. emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.
Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.
Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi? (Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/02/070216_globalwarming1.shtml)
Video
source : www.youtube.com
No comments: